47 Globalisasi, ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali kaum. a. neoimprealisme b. neokapitalisme c. liberalisme d. neoliberalisme e. kapitalisme Jawaban: d 48. Pada abad XXI memasuki era globalisasi ditandai dengan fenomena seperti di bawah ini, kecuali a. menguatkan ruang pribadi b. merupakan era kompetisi c. mengabaikan aspek

403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID 6Y-nOp5rdKxMYnYSy1VNReWH5j6ZaWvE5BDt0_SUdPMqK1ICoupz7A==

Globalisasi ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali kaum. The global cultural approach merupakan bagian dari. Berikut ini, soal pg pkn dan jawabannya, dimulai dari soal nomor 76 sampai dengan 90. Melanjutkan contoh soal dengan jawaban pkn kelas xii semester 2 pilihan ganda bab. Soal ini sudah masuk kepembahasan kurikulum 2013.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Rasa nasionalisme sangat penting bagi para generasi muda untuk menciptakan bangsa yang aman, dan damai, ditengah-tengah arus globalisasi yang semakin hari semakin bertentangan dengan budaya asli Indonesia. Nasionalisme menjadi syarat mutlak bagi setiap insan dalam bernegara. Rasa nasionalisme umumnya timbul karna adanya rasa senasib. Indonesia sendiri dengan sejarah penjajahan yang cukup kelam, membuat rasa nasionalisme itu tumbuh dengan sendirinya dalam muda yang saat ini, hidup di era yang baru, era globalisasi, dimana kehidupan nya jauh berbeda dengan generasi muda di masa lalu. Era globalisasi, era tanpa adanya penjajahan, serta terfasilitasi teknologi yang canggih, membuat kita terkadang melupakan perjuangan para generasi lampau, semestinya kita hargai perjuangan mereka dengan tetap melestarikan rasa dan jiwa nasionalisme yang tinggi, serta sadar akan budaya dan identitas Globalisasi Era globalisasi dimulai sejak awal tahun 1980-an , era yang telah banyak merubah berbagai aspek kehidupan manusia, baik dari segi politik, sosial, ekonomi, agama, dan tekonologi. Teknologi Informasi berkembang pesat, dimana pengguna internet di Indonesia saat ini berjumlah 132,7 juta atau 52% dari jumlah penduduk Indonesia. Adanya teknologi yang dapat menyajikan informasi hanya dalam hitungan detik, tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja, hal ini seringkali mengundang tindakan negatif dan menyimpang. Menyaring info dan berita yang beredar di internet, merupakan hal wajib yang harus dilakukan mengingat keadaan ini sering kali dimanfaatkan oleh pihak yang tak bertanggung jawab dalam penyebaran hoax yang dapat memicu perpecahan bangsa. Gambaran Generasi Muda Saat IniPengaruh globalisasi yang begitu kuat, khususnya terhadap anak muda, membuat banyak generasi muda kita ini kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan gejala –gejala yang muncul dikehidupan sehari- hari nya. Dilihat dari sikap dan tingkah lakunya banyak anak muda yang tidak mengenal sopan santun dan cenderung bersifat apatis tidak peduli dengan lingkungan sekitar, hal ini disebabkan ketika mereka sudah terjebak oleh dunia nya yang menganut pada nilai kebebasan dan keterbukaan, membuat banyak anak muda yang suka betindak sesuka hati mereka dan menganggap bahwa melanggar aturan merupakan tindakan yang lazim. Salah satu contoh yang dapat kita lihat tentang tindakan menyimpang ini, seperti adanya geng motor atau begal motor yang dilakukan anak muda, di Padang, Sumatera Barat. Tindakan ini disertai dengan tindak kekerasan yang jelas mengganggu ketentraman lingkungan dan kenyamanan masyarakat Pendidikan Karakter Pendidikan karakter menjadi kunci utama untuk menumbuhkan kembali rasa nasionalisme pada para generasi muda di era globalisasi ini. Tujuan utama dari pendidikan karakter ini adalah untuk melatih kemampuan diri mereka untuk mengerti dan memahami jati diri mereka masing-masing. Karna ketika jati diri sudah dimiliki, maka rasa nasionalisme akan dengan sendirinya tumbuh dalam diri mereka, sehingga dampak era globalisasi ini tak lagi mampu mempengaruhi pola pikir para generasi muda yang lebih berorientasi kepada pembentukan karakter sudah semestinya mendapatkan perhatian lebih dari instansi pemerintan yang berfokus kepada pendidikan di Indonesia. Kita setuju bahwa bangsa ini membutuhkan generasi muda yang memiliki rasa nasionalisme tinggi, dan hal ini hanya bisa dicapai dengan kualitas pendidikan karakter yang baik. Dari usaha pendidikan yang berfokus pada pembentukan karakter ini, diharapkan tidak akan ada lagi generasi yang apatis untuk peduli terhadap lingkungan, dan memiliki rasa cinta pada tanah air Indonesia dasarnya memang tidak ada yang salah dengan era ini, hanya saja sering kali generasi muda tergiur dengan berbagai kegemerlapan era globalisasi. Generasi muda Indonesia seperti sedang berada di zona nyaman namun nyatanya bisa kapan saja menikam. Hal ini dikarenakan ada begitu banyak kenyamanan yang ditawarkan di era ini. Maka apabila kita sebagai generasi muda tidak kritis, bisa saja pengaruh negatif dunia luar mempengaruhi pola piker kita, sehingga berdampak pada hilangnya rasa cinta dan jiwa nasionalisme. Hal inilah yang harus dihindari oleh para generasi muda di era globalisasi. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
terjawab• terverifikasi oleh ahli Globalisasi, ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali kaum a. neoimprealisme b. neokapitalisme c. liberalisme d. neoliberalisme e. kapitalisme Iklan Jawaban terverifikasi ahli Zeus121 C .liberalisme semoga membantu Sedang mencari solusi jawaban PPKn beserta langkah-langkahnya?
› Riset›Menuju Glokalisasi Seusai... Pandemi Covid-19 saat ini boleh jadi memberi peluang untuk menguatkan kembali potensi lokal. Alih-alih bergantung pada ekonomi global, glokalisasi perlu dikembangkan. KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO Pedagang memilah pisang asal Sumatera Utara berdasarkan ukuran di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta, 11 Agustus 2020. Pandemi menyebabkan pergerakan barang antar-negara berkurang. Kini saatnya perhatian lebih besar diberikan kepada produk sembilan bulan berlalu, pandemi Covid-19 telah memorakporandakan tatanan dunia secara ekonomi, sosial, bahkan politik. Kedatangannya yang tiba-tiba membatasi pergerakan semua orang di dunia, termasuk berbagai komoditas penting yang selama ini bebas keluar masuk gilirannya, pandemi Covid-19 yang secara mendadak muncul telah mendegradasi globalisasi yang sebelumnya melibatkan hampir seluruh negara di dunia dalam ibaratnya, satu ”isme”, yakni globalisasi. Sebagai catatan, Forum Ekonomi Dunia WEF menyatakan era globalisasi telah bermula sejak abad ke-19. WEF membagi gelombang globalisasi menjadi empat bagian, yakni globalisasi hingga globalisasi Ketika gelombang pertama globalisasi, belum seluruh negara terlibat. Baru pada globalisasi gelombang kedua dan ketiga, lebih banyak negara tahun 1995, dibentuk Organisasi Perdagangan Dunia WTO yang mendorong seluruh negara di dunia untuk masuk dalam perjanjian perdagangan bebas. Sejak saat itu, perdagangan antarnegara menjadi masif dan secara tidak langsung menimbulkan ketergantungan WIJAYANTO Truk kontainer antre menunggu giliran mengangkut peti kemas yang diturunkan dari sebuah kapal barang di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta Utara, 27 Mei 2020. Globalisasi meningkatkan arus perdagangan ekspor pada PDB dunia kian meningkat hingga lebih dari 15 persen. Bukan hanya perdagangan, arus investasi pun mengalir dari satu negara ke negara pada definisinya, globalisasi merupakan perluasan dan pendalaman arus perdagangan, modal, teknologi, dan informasi internasional dalam pasar global yang cenderung terintegrasi Yuniarto, LIPI, 2014. Proses tersebut secara alamiah membawa seluruh bangsa dan negara di dunia semakin terikat antara satu dan yang lain, mewujudkan tatanan baru, serta menimbulkan saling era globalisasi Inggris mendominasi dunia melalui ekspansi kolonisasinya berupa wilayah Inggris Raya. Inggris bisa melakukannya karena inovasi teknologi mesin uap kapal laut yang membuat Inggris mampu mengekspor komoditas penting dunia, seperti besi, tekstil, dan manufaktur ke negara lain secara lebih cepat. Tercatat, ekspor Inggris saat itu mencakup 3 persen PDB memberi manfaat selain perdagangan bagi negara-negara yang mengadopsinya. Kemajuan teknologi yang sebagai salah satu tanda adanya globalisasi memberi banyak kemudahan bagi manusia. Komunikasi yang mudah tanpa batasan ruang dan waktu serta mobilitas manusia menjadi tanpa juga membawa perubahan pola pikir masyarakat yang semula irasional menjadi lebih rasional. Masyarakat mengedepankan akal sehat dan memercayai hal-hal yang nyata, alih-alih percaya pada mitos yang cenderung bersifat abstrak. Sikap rasional turut mendorong pola pikir yang lebih maju, menguatkan demokrasi, dan menjunjung hak-hak asasi dalam perjalanannya, arus globalisasi tidak seutuhnya memberikan dampak positif. Melimpahnya barang dan jasa yang ditawarkan membentuk pola hidup masyarakat yang konsumtif. Publikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI tahun 2014 menyebutkan, salah satu tantangan adanya globalisasi adalah kelangkaan pangan di masa depan sebagai dampak sifat tersebut tanpa disadari berdampak pada eksploitasi sumber daya alam yang berujung pada kerusakan lingkungan dan kelangkaan. Perlombaan setiap negara dalam menghasilkan komoditas yang diminati dunia menjadi salah satu sisi lain, kemudahan teknologi membuat masyarakat cenderung individualis karena merasa mampu melakukan banyak hal tanpa bantuan orang lain. Tak jarang hal tersebut berdampak pada lunturnya semangat gotong royong dan solidaritas. Globalisasi menjadi tak terhindarkan bagi setiap orang di seluruh dunia di tengah disrupsi Meski demikian, globalisasi yang telah diadopsi seluruh dunia pernah meredup atau mengalami deglobalisasi. Deglobalisasi pertama terjadi pada globalisasi WEF mencatat, pada masa itu, negara-negara besar, seperti India, China, Meksiko, dan Jepang, yang sebelumnya memiliki kekuatan besar tidak diizinkan beradaptasi dengan industrialisasi dan tren sisi lain, negara-negara Eropa yang berjaya pada masa itu berhasil merebut sejumlah negara di benua Afrika. Situasi tersebut menimbulkan konflik dan krisis yang berujung pada Perang Dunia I tahun 1914. Aktivitas perdagangan dan pasar uang dalam jaringan global runtuh serta negara-negara kembali menutup perbatasan. Perang Dunia II terjadi pada 1939 dan berakhir pada 1945 yang menandai lahirnya globalisasi gelombang LUAR NEGERI Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato secara virtual dalam sesi debat umum Sidang Majelis Umum PBB, Selasa 22/9/2020 malam waktu New York atau Rabu 23/9/2020 pagi waktu Indonesia Barat. RI menyerukan agar kerja sama multilateral semakin diperkuat di era juga Tatanan Dunia Pasca-Covid-19Kini, ketika dunia merayakan globalisasi gelombang keempat yang ditandai dengan digitalisasi, deglobalisasi disinyalir kembali terjadi. Deglobalisasi yang tengah terjadi bukan merupakan dampak dari adanya perebutan kekuasaan dan perdagangan, tetapi dampak dari bencana non alam yakni pandemi Covid-19. Bencana yang menyerang kesehatan kini menggerogoti sendi-sendi perekonomian catatan Universitas dan Rumah Sakit Johns Hopkins, hingga 24 September 2020, Covid-19 telah tersebar di 188 negara di dunia. Situasi tersebut menuntut setiap negara melakukan pembatasan hingga penutupan akibatnya, perdagangan antarnegara terpaksa dibatasi bahkan dihentikan sebagai upaya pencegahan penyebaran virus korona penyebab penyakit glokalisasi Kondisi tersebut menuntut setiap negara untuk beradaptasi, salah satunya dengan mengoptimalkan potensi lokal. Peneliti Ikatan Ahli Perencanaan IAP Jawa Tengah, Agung Pangarso, merumuskan sejumlah perubahan yang berpotensi terjadi pascapandemi Covid-19. Satu dari lima perubahan tersebut adalah adanya definisinya, glokalisasi merupakan kombinasi dari kata globalisasi dan lokalisasi yang dideskripsikan untuk produk atau layanan yang dikembangkan dan didistribusikan secara lokal yang disesuaikan untuk mengakomodasi konsumen paparan yang berjudul ”Post Covid-19 Tinjauan Keruangan Kawasan Perkotaan”, salah satu langkah mewujudkan glokalisasi adalah dengan mendorong penguatan lokalitas wilayah. Hal ini sebagai respons dari rentannya sebuah negara terhadap pandemi ketika mengikuti arus INDRA RIATMOKO Petugas menakar dan mengaduk susu sapi perah yang akan dibeli konsumen di instalasi Persusuan Koperasi Unit Desa KUD Cepogo, Kecamatan Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, 7 Oktober 2019. Industri susu di kabupaten itu memanfaatkan susu hasil perahan para peternak juga Virus De-globalisasiDalam hal industri, sinergi perlu dibangun dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal, dari hulu hingga ke hilir. Adanya keterkaitan ekonomi lokal menjadi penting dilakukan. Salah satu contohnya adalah industri pengolahan susu di Jawa Tengah dengan bahan baku asal wilayah lain daerah yang memanfaatkan potensi lokal adalah Kota Pontianak. Tanaman lidah buaya produksi Pontianak dikonsumsi dan bermanfaat untuk kesehatan. Sulawesi Barat juga menjadi daerah yang memanfaatkan komoditas unggulan kakao untuk diproduksi menjadi tersebut dapat digunakan untuk mengoptimalkan industri mikro dan kecil IMK yang berbasis di daerah, seperti desa dan kelurahan, karena sumber daya alam lokal yang menjadi bahan bakunya. Badan Pusat Statistik mencatat, pada tahun 2018, terdapat IMK yang berlokasi di desa/kelurahan dan tersebar di 34 provinsi. Jumlah tersebut meningkat 5,8 persen dibandingkan dengan tahun tersebut memberi gambaran glokalisasi terjadi di tingkat mikro dengan memanfaatkan potensi lokal. Selain sebagai solusi kerentanan pangan akibat pandemi, juga dapat membangkitkan potensi ekonomi daerah sebagai upaya meningkatkan ketahanan nasional dan kemandirian pangan.Litbang Kompas uSqMg42.
  • tnzcmq8p2k.pages.dev/162
  • tnzcmq8p2k.pages.dev/596
  • tnzcmq8p2k.pages.dev/295
  • tnzcmq8p2k.pages.dev/268
  • tnzcmq8p2k.pages.dev/235
  • tnzcmq8p2k.pages.dev/21
  • tnzcmq8p2k.pages.dev/192
  • tnzcmq8p2k.pages.dev/29
  • globalisasi ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali kaum